Rabu, 26 Mei 2010

JAHIT

PERLENGKAPAN JAHIT


Alat pelengkap adalah alat digunakan untuk membantu suatu pekerjaan dalam menggunakan mesin jahit agar lebih mudah, cepat dan hasilnya lebih rapi . alat pelengkap ini dapat dibeli tersendari seperti:

bermacam-macam sepatu mesin alat pembuat rumah kancing, dan sebagainya. Alat pelengkap ini ada yang dipasangkan untuk mesin biasa dan ada juga yang untuk mesin seba guna, untuk mesin serba guna lebih banyak alat pelengkap yang cocok, dan dapat dimanfaatkan.

Pengoperasian mesin jahit dimulai dengan langkah sebagai berikut:

a. Bukalah mesin jahit dan dipasangkan tali mesin dari pada kepala mesin, pasangkan jarum mesin ysng sesusai yang sesuai dengan bahan dan benang mesin bila yang dijahit kasar atau tebal seperti bahan blu jeans jarumnya yang besar No 15 dan benangnya juga yang kasar sehingga ada kesesuaian jarum atau benang begitu pula sebaliknya.

b. Pasangkan jarum untuk mesin biasa yang di sebelah kiri dan yang pipih menempel ke batang, kalau untuk mesin serba guna, dari depan dan yang pipih ke btang tau belakang.

c. Gulungkan benang ke kumparan sekoci dengan memakai alat penggulung yang ada dekat kepala mesin. Dan dimasukkan pada sekoci

d. Pasangkan sekoci ke rumah kumparan pada mesin

e. Mengangkat sepatu mesin dengan mengangkat tiang yang dibelakang.

f. Menaikkan benang dari kumparan sekoci.

g. Cara mengoperasikan mesin

Kalau semua sudah siap terpasang mulailah menjahit dengan cara:

a. Pasangkan benang atas mulai dari tiang benang klos pada tiang benang tarik ujung benang mengikuti saluran benang terus ke regulator dan kembali ke pengungkit dan selanjutnya melalui lobang (sengkelit) dan turunkan benang sampai masuk kelobang jarum.

b. Keluarkan benang bawah dengan cara memegang ujung benang lalu diturunkan jarum sampai kebawah dan bila jarum keluar ujung benang bawah akan terangkat keluar melalui lobang jarum. Ketegangan dan kekuatan benang bawah

c. Cobakanlah menjahit ke pada kain untuk melihat hasilnya dan akan didapatkan hasil seperti berikut. Ada tiga kemungkinan.

1) Tegangan benang atas sama dengan benang bawah ini hasil yang benar

2) Tegangan benang atas lebih kuat dari benang bawah artinya benang merentang di bagian atas.

3) Tegangan benang atas lebih lemah dari benang bawah artinya benang merentang dibawah.

Bila benang atas lemah dan banang bawah tegang maka distel pengatur benang atas atau regulator diputar untuk mengencangkan, bila benang atas tegang regulator dilemahkan bila ini tidak membuahkan hasil yang baik, periksa sekoci kemungkinan benang sekoci tidak masuk pada jepitan sekoci atau jepitan sekoci agak longgar perlu dikencangkan

Seandainya akan menjahit dengan menggunakan benang karet atau benang yang lebih kasar pasangkanlah di bawah (sekoci), kemudian longgarkanlah sedikit sekrup sekocinya selanjutnya aturlah setikan mesin yang agak lebih jarak sesuai dengan model yang akan dijahit.

terima kasih untuk okrek.com

DESAIN BUSANA
Secara umum desain dapat dibagi 2 yaitu desain struktur (structural design) dan desain hiasan (decorative design).
1. Desain Struktur (Struktural Design)
Desain struktur pada busana disebut juga dengan siluet busana (silhoutte). Siluet adalah garis luar dari suatu pakaian, tampa bagian-bagian atau detail seperti lipit, kerut, kelim, kup dan lain-lain. Namun jika detail ini ditemukan pada desain struktur fungsinya hanyalah sebagai pelengkap.
Berdasarkan garis-garis yang dipergunakan, siluet dapat dibedakan atas beberapa bagian yang ditunjukkan dalam bentuk
huruf. Dalam bidang busana dikenal beberapa siluet yaitu :
a. Siluet A
Merupakan pakaian yang mempunyai model bagian atas kecil, dan bagian bawah besar. Bisa juga tidak mempunyai lengan.
b. Siluet Y
Merupakan model pakaian dengan model bagian atas lebar tetapi bagian bawah atau rok mengecil.
c. Siluet I
Merupakan pakaian yang mempunyai model bagian atas besar atau lebar, bagian badan atau tengah lurus dan bagian bawah atau rok besar.
d. Siluet S
Merupakan pakaian yang mempunyai model dengan bagian atas besar , bagian pinggang kecil dan bagian bawah atau rok besar.
e. Siluet T
Merupakan pakaian yang mempunyai desain garis leher kecil, ukuran lengan panjang dan bagian bawah atau rok kecil.
f. Siluet L
Merupakan bentuk pakaian variasi dari berbagai siluet, dapat diberikan tambahan dibagian belakang dengan bentuk yang panjang/drapery. Bentuk ini biasanya terlihat pada pakaian pengantin barat.
2. Desain Hiasan (Decorative Design)
Desain hiasan pada busana mempunyai tujuan untuk menambah keindahan desain struktur atau siluet. Desain hiasan dapat berupa krah, saku, renda, sulaman, kancing hias, bis dan lain-lain.
Desain hiasan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut yaitu :
a. Hiasan harus dipergunakan secara terbatas atau tidak berlebihan.
b. Letak hiasan harus disesuaikan dengan bentuk strukturnya.
c. Cukup ruang untuk latar belakang, yang memberikan efek kesederhanaan dan keindahan terhadap desain tersebut.
d. Bentuk latar belakang harus dipelajari secara teliti dan sama indahnya dengan penempatan pola-pola pada benda tersebut.
e. Hiasan harus cocok dengan bahan desain strukturnya dan sesuai dengan cara pemeliharaannya.

terima kasih untuk okrek.com

CARA MEMAKAI MESIN JAHIT

a. Badan mesin.

Badan mesin jahit yang sering kita jumpai pada umumnya berbentuk huruf G. Bagian bawah mesin berbentuk plat yang bertugas sebagai landasan jahit. Bagian atas badan mesin berongga, disinilah tempat bagian-bagian mesin mengubah dan meneruskan gerakan putar menjadi gerakan bagian-bagian yang lain.

Pada badan mesin ini juga terdapat beberapa lubang yang digunakan untuk meneteskan minyak pelumas ke bagian mesin yang memerlukan, agar gerakan bagian mesin yang bersangkutan menjadi licin dan lancar.

Pada pelat mesin tersebut dipasang engsel, sehingga bagian mesin yang terletak di bawah pelat badan dapat dibersihkan dan diperbaiki bila rusak.

Pada mesin yang memakai kaki, badan mesin jahit tersebut dapat dilipat ke bawah di bawah meja dari daun meja dan dapat ditutupkan dengan lipatan daun meja.

b. Kepala mesin.

Kepala mesin jahit terbuat dari baja tuang. Kepala mesin tersebut terpasang dibagian kanan atas dari badan mesin jahit. Ia menerima gaya putar dari alat pemutar mesin jahit dan meneruskan gerak putar tersebut ke semua bagian mesin lain yang harus bergerak. Jadi kepala mesin bertugas sebagai roda penerus tenaga penggerak mesin jahit. Pada mesin jahit yang digerakkan dengan injakan kaki atau motor listrik, kepalanya dibuat lebih kecil, agar berputar secara ringan.

Gerak putar dari kepala mesin itu diubah menjadi bentuk gerakan bolak balik atau naik turun dari jarum jahit, tangan penarik benang, gigi penarik, sekoci dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar a. adalah kepala mesin yang berfungsi untuk menggerakkan turun naiknya jarum untuk mengangkat benang bawah dari sekoci.

c. Alat-alat penggerak mesin jahit

Semua jenis mesin tersebut dapat digerakan dengan motor listrik tapi yang lebih banyak digerakan dengan motor listrik adalah mesin khusus dan mesin serbaguna.

d. Kopleng

Kopleng adalah alat yang menghubungkan antara kepala mesin dengan poros utama mesin jahit. Kopleng terbuat dari pelat baja setebal 1,5 milimeter berbentuk bulat dan mempunyai tonjolan keluar serta kedalam yang berfungsi untuk membantu roda berputar, bila dikencangkan putaran roda menekan kopleng dan bila roda penekan dikendurkan maka pelat kopleng tidak tertekan akibatnya kepala mesin tidak dapat mengerakan bagian mesin yang lain.

e. Poros utama.

Poros utama pada mesin jahit terpasang dalam rongga badan mesin jahit pada bagian atasnya. Panjang poros utama ini dari pelat kopleng sampai kaki pemegang jarum jahit. Poros utama ini secara lansung mengerakan tangkai penarik benang dan kaki pemegang jarum.

f. Sepatu jahit (sepatu mesin)

Dinamakan sepatu jahit karena bentuknya menyerupai sepatu. Kaki yang dipasang sepatu ini dapat diatur tekanannya terhadap gigi penarik kain. Pengaturan tekanan dengan menyetel mur penekan pegas di atas kaki tempat sepatu tersebut. Tekanan sepatu ini dapat dibebaskan dengan cara menaikan sepatu. Ini dilakukan saat memasang dan melepaskan kain yang dijahit, maka injakan sepatu haruslah dilepaskan dahulu.

g. Kaki pemegang jarum

Jarum untuk menjahit dipasangkan pada kaki pemegang jarum.

Kaki ini digerakan oleh poros utama. Untuk memegang jarum pada ujung kaki dipasangkan dengan alat pencekamjarum yang disebut sekrup jarum. Pemasangan jarum harus kuat agar tidak mudah lepas sewaktu menjahit.

h. Sekoci

Sekoci adalah alat yang berfungsi untuk mengatur pengeluaran benang bawah dan pengatur ketegangan benang bawah, sedangkan jarum pembawa benang atas pada kain jahitan. Maka terjadilah sengkelit benang atas dengan benang bawah pada kain yang ditekan oleh sepatu jahit.




Membuat Desain Hiasan untuk Busana (pola serak, pola pinggiran, pola mengisi bidang dan pola bebas)


Agar ragam hias di atas dapat digunakan untuk menghias suatu benda maka perlu dirancang bentuk susunan ragam hiasnya yang disebut dengan pola hias. Pola hias merupakan susunan ragam hias yang disusun jarak dan ukurannya berdasarkan aturan-aturan tertentu. Pola hiasan juga harus menerapkan prinsip-prinsip desain seperti keseimbangan, irama, aksentuasi, dan kesatuan sehingga terdapat motif hias atau desain ragam hias yang kita inginkan. Desain ragam hias yang sudah berbentuk pola hias sudah dapat kita gunakan untuk menghias sesuatubenda.



Membuat Desain Hiasan untuk Busana (pola serak, pola pinggiran, pola mengisi bidang dan pola bebas)



Pola hias ini ada 4 macam yaitu: pola serak, pola pinggiran, pola mengisi bidang dan pola bebas.
1. Pola serak atau pola tabur yaitu ragam hias kecil-kecil yang diatur jarak dan susunannya mengisi seluruh permukaan atau sebahagian bidang yang dihias. Ragam hias dapat diatur jarak dan susunannya apakah ke satu arah, dua arah, dua arah (bolak balik) atau ke semua arah.

2. Pola pinggiran yaitu ragam hias disusun berjajar mengikuti garis lurus atau garis lengkung yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pola pinggiran ini ada lima macam yaitu pola pinggiran berdiri, pola pinggiran bergantung, pola pinggiran simetris, pola pinggiran berjalan, dan pola pinggiran memanjat.
a. Pola pinggiran berdiri yaitu ragam hias disusun berjajar berat ke bawah atau disusun makin ke atas makin kecil. Pola pinggiran ini sering digunakan untuk menghias pinggiran bawah rok, pinggiran bawah blus, ujung lengan dan lain-lain.
b. Pola pinggiran bergantung yaitu kebalikan dari pola pinggiran berdiri yang mana ragam hias disusun berjajar dengan susunan berat ke atas atau makin ke bawah makin kecil sehingga terlihat seperti menggantung. Pola pinggiran ini digunakan untuk menghias garis leher pakaian, garis hias horizontal yang mana ujung motif menghadap ke bawah.
c. Pola pinggiran simetris yaitu ragam hias di susun berjajar dimana bagian atas dan bagian bawah sama besar. Pinggiran ini digunakan untuk menghias pinggiran rok, pinggiran ujung lengan, tengah muka blus, gaun ataupun rok.
d. Pola pinggiran berjalan yaitu susunan ragam hias yang disusun berjajar pada garis horizontal dan dihubungkan dengan garis lengkung sehingga motif seolah-olah bergerak ke satu arah. Pola pinggiran berjalan ini digunakan untuk menghias bagian bawah rok, bawah blus, ujung lengan, dan garis hias yang horizontal.
e. Pola pinggiran memanjat yaitu susunan ragam hias yang disusun berjajar pada garis tegak lurus sehingga seolah-olah motif bergerak ke atas/memanjat. Pola hiasan seperti ini digunakan untuk menghias bagian yang tegak lurus seperti tengah muka blus, tengah muka rok, garis princes dan lain-lain.

3. Pola mengisi bidang
Pola mengisi bidang yaitu ragam hias disusun mengikuti bentuk bidang yang akan dihias. Contohnya bidang segi empat, bidang segi tiga, bidang lingkaran dan lain-lain.
a. Mengisi bidang segi empat, ragam hias bisa disusun di pinggir atau di tengah atau pada sudutnya saja sehingga memberi kesan bentuk segi empat. Pola mengisi bidang segi empat ini bisa digunakan untuk menghias benda yang berbentuk bidang segi empat seperti alas meja, blus dengan belahan di tengah muka seperti kebaya.
b. Mengisi bidang segi tiga, ragam hias disusun memenuhi bidang segi tiga atau di hias pada setiap sudut segitiga. Pola seperti ini digunakan untuk menghias taplak meja, saku, puncak lengan, dan lain-lain.
c. Pola mengisi bidang lingkaran/setengah lingkaran, ragam hias dapat disusun mengikuti pinggir lingkaran, di tengah atau memenuhi semua bidang lingkaran. Pola mengisi bidang lingkaran ini dapat digunakan untuk menghias garis leher yang berbentuk bulat atau leher Sabrina, taplak meja yang berbentuk lingkaran, dan lain-lain.

4. Pola bebas
Pola bebas yaitu susunan ragam hias yang tidak terikat susunannya apakah arah horizontal atau vertikal, makin ke atas susunannya makin kecil atau sebaliknya, dll. Yang perlu diperhatikan adalah susunannya tetap sesuai dengan prinsip-prinsip desain dan penempatan hiasan pada benda tidak mengganggu jahitan atau desain struktur benda.

Senin, 24 Mei 2010

MEMBUAT POLA DIATAS KAIN

A1 - A = 1/6 lingkar leher ditambah 2 cm,

A - A2 = 1/6 lingkar leher ditambah 1,5 cm.

A2 - F = panjang bahu,

F - F1 = 5 cm, buat garis mendatar,

A2 - F1 = panjang bahu.

A1 - G = 5 cm,

G - G1 = ½ lebar muka.

Hubungkan titik F1 ke G1 terus ke B1 seperti gambar (lingkar kerung lengan bagian muka).

C - C2 = 1/10 lingkar pinggang,

C2 - C3 = 3 cm (besar lipit kup).

E2 diukur 1,5 cm, dibuat garis putus-putus sampai ke C4 dan C5 (panjang kup)

Hubungkan C2 dan C3 ke C4 dan C5 seperti gambar.

Hubungkan titik B1 dengan C1, terus ke D1 dengan membentuk sisi

panggul, terus ke E2 seperti gambar.

Keterangan pola lengan

Menggambar pola lengan diatas kain yang terdiri dari dua lapis, dengan posisi bagian baik bahan berhadapan, dengan kata lain bahagian buruk bahan terletak pada bagian atas lalu digambar pola lengan sebagai berikut : ambil satu titik diberi nama titik A.

A - B = panjang lengan.

A - E = tinggi puncak lengan.

Dari titik E buat garis vertikal lebih kurang 20 cm kekiri dan kanan.

Dari titik A ukur ke C dan D ½ lingkar kerung lengan, letak titik C dan D harus menyentuh garis datar B.

Buat garis putus-putus (garis bantu) dari A ke C dan dari A ke D.

Garis bantu dari A ke C dan A ke E dibagi tiga.

A1 = 1/3 A - C

A2 = 1/3 A - E

A1 - A3 = A2 - A4 = 1,5 cm.

B3 = 1/3 C1 - A

C1 ke C2 turunkan 1 cm.

Hubungkan A dengan A4 dan D1 seperti gambar (lingkar kerung lengan bagian muka).

Hubungkan A dengan A4 dan B2 seperti gambar (lingkar kerung lengan bagian belakang).

B - B1 = ½ lingkar ujung lengan,

B - B2 = ½ ukuran lingkar ujung lengan

B2 - B3 = 1,5 cm

Hubungkan B dengan B3 (sisi lengan bagian belakang), dan B

dengan B1 seperti gambar (sisi lengan bagian muka)

Pola lengan

Ukuran yang diperlukan

1). Lingkar kerung lengan : 40 cm ( diukur dari pola badan)

2). Tinggi puncak lengan : 12 cm

3). Panjang lengan : 54 cm

Menggambar pola kerah dilakukan di atas kain yang berlipat dua.

A - C = lipatan kain.

A - B = ½ lingkar leher,

A - A1 = 3 cm,

A1 - C = 5 cm (lebar kerah).

B - D = 7 cm,

D - D1 = 4 cm.

Hubungkan A1 dengan B dengan garis melengkung (garis leher), B ke D1 (ujung kerah) dan dari C ke D1 melalui titik D.

c. Menggambar pola celana

Ukuran Celana

a). Lingkar Pinggang : 66 cm

b). Tinggi duduk : 23 cm

c). Lingkar Panggul : 96 cm

d). Panjang Celana : 90 cm

Pola bagian muka Pola bagian belakang

Keterangan menggambar pola celana wanita

Pola celana bagian muka

A - B = panjang celana.

A - C = 1/3 lingkar pesak dibagi 3 ditambah 4 cm.

C - D = C - E - ¼ lingkar pinggang ditambah 4 cm.

E - D1 = 4 cm tarik garis lurus sampai garis pinggang namakan titik H.

H - G = lingkar pinggang dibagi 4 ditambah 2 cm.

A - F = panjang lutut.

F - F1 = F - F2 = ½ lingkar lutut.

B - B1 = B - B2 = ½ lingkar kaki celana.

G - I = 3 cm.

G - j = 12 cm.

Hubungkan I dengan j seperti gambar saku sisi celana.

Hubungkan H dengan E seperti gambar ( pesak celana bagian muka ).

Hubungkan E dengan F2 terus ke titik B2, seperti gambar (garis sisi celana).

Hubungkan G dengan D membentuk garis panggul, terus ke titik B1 melalui titik F1 seperti gambar (sisi celana).

Pola celana bagian belakang

Pola celana bagian belakang digambar berdasarkan pola celana bagian muka, untuk itu pindahkan pola celana bagian muka dengan cara menjiblak sekaligus memindahkan tanda-tanda pola seperti titik

E, F2 dan B2.

E - E1 = 8 cm.

F2 - F3 = 4 cm.

B2 - B3 = 4 cm.

Hubungkan titik E1 dengan F3 terus ketitik B3 seperti gambar (garis sisi celana bagian belakang).

G - G1 = 4 cm.

H - H1 = 3 cm.

G1 - H1 = 1/4 lingkar pinggang dibagi ditambah 4 cm.

E1 - E2 = 1 cm,

Hubungkan H1 dengan E1 seperti gambar (pesak celana bagian belakang).

D - J = 5 cm.

J - J1 ditambah J - J2 = ½ ukuran lingkar panggul.

d. Memeriksa Pola

Memeriksa pola merupakan salah satu langkah dalam pembuatan busana. Pemeriksaan pola mencakup tentang kesuaian pola dengan desain yang telah dirancang. Dalam hal ini perlu diperhatikan apakah desain mengunakan garis princess, model saku, kerah, desain lengan, panjang baju, dan lain-lain. Selain itu juga perlu diperhatikan kesesuaian ukuran dengan pola yang telah dibuat. Untuk itu, pola yang telah selesai dibuat sebaiknya dicek atau diperiksa terlebih dahulu sebelum dilakukan pemotongan atau menggunting.

2. Menggambar pola busana dengan teknik konstruksi di atas kain untuk pria dewasa. Desain terdiri dari kemeja dan celana panjang.

Desain

Cara mengambil ukuran kemeja dan celana pria.

1) Panjang kemeja, diukur dari bahu tertinggi sampai panjang yang

sesuai dengan model.

2) Lingkar badan, diukur sekeliling badan terbesar ditambah 4 cm

3) Rendah bahu, diukur dari tulang leher belakang sampai batas pertengahan garis bahu pada punggung.

4) Rendah Punggung, diukur dari tulang leher belakang sampai batas pertengahan garis lingkar badan (untuk menentukan batas kerung lengan pada ketiak)

5) Lebar punggung, diukur dari pertengahan lingkar kerung lengan kiri sampai batas lingkar kerung lengan sebelah kanan.

6) Panjang punggung, diukur dari tulang leher belakang dalam posis lurus sampai bapas pinggang.

7) Lingkar leher, diukur sekeliling pangkal leher

8) Panjang lengan, diukur dari bahu terendah sampai panjang lengan pada model.

9) Lingkar lengan, diukur sekeliling garis siku selebar ukuran lengan pada model.

10) Lingkar manset, diukur lingkar ujung lengan ditambah 3 cm

11) Lebar manset, ukurannya disesuaikan dengan model

12) Panjang celana, diukur dari pinggang sampai panjang yang diinginkan.

13) Lingkar pinggang, diukur sekeliling pinggang.

14) Lingkar pesak, diukur dari batas pinggang belakang, melalui selangkangan menuju garis pinggang bagian muka.

15) Lingkar paha, diukur sekeliling paha terbesar

16) Lingkar panggul, diukur sekeliling panggul terbesar.

17) Lingkar ujung kaki celana, diukur sekeliling kaki celana sesuai dengan model.

18) Panjang lutut, diukur dari pinggang sampai batas lutut.

19) Lingkar Lutut, diukur sekeliling lutut sesuai dengan keinginan.

Ukuran : 1) Panjang kemeja : 75 cm

2) Lingkar badan : 100 cm

3) Rendah bahu : 4 cm

4) Rendah Punggung : 22 cm

5) Lebar punggung : 42 cm

6) Panjang punggung : 41 cm

7) Lingkar leher : 40 cm

8) Panjang lengan : 60 cm

9) Lingkar lengan : 30 cm

10) Lingkar manset : 20 cm

11) Lebar manset : 3 cm

12) Panjang celana : 103 cm

13) Lingkar pinggang : 74 cm

14) Lingkar pesak : 70 cm

15) Lingkar paha : 64 cm

16) Lingkar panggul : 94 cm

17) Lingkar kaki celana : 44 cm

18) Panjang lutut : 52 cm

19) Lingkar Lutut : 50 cm

Menggambar pola kemeja pria

Pola badan bagian muka Pola badan bagian belakang

Skala 1;4 Skala 1;4

Keterangan pola kemeja bagian muka

Bahan kemeja dilipat dua, pada bagian tepi kain digambar pola kemeja dengan urutan sbb. Ukur dari tepi kain kedalam sebesar 5 cm sepanjang tengah muka/sepanjang ukuran panjang kemeja dan ditambah dengan kampuh. Ambil satu titik pada garis tersebut yang diberi nama titik A, untuk langkah berikutnya ikuti keterangan berikut :

A - B = 2 cm,

A - C = ukuran rendah bahu,

B - D = ukuran rendah punggung,

B - E = ukuran panjang punggung,

A - F = panjang kemeja, setiap titik buat garis bantu ( garis putus - putus).

A - a1 = 1/6 lingkar leher ditambah 1 cm,

A - a = 1/6 lingkar leher ditambah 2 cm.

Hubungkan a dengan a 1 dengan garis bantu,

a - a 1 dibagi dua dinamakan titik g

g - g1 = 1,5 cm,

hubungkan a dengan a1 melalui titik g1 seperti gambar.

C - I = ½ lebar punggung ditambah 1 cm.

Hubungkan titik a ke I menjadi garis bahu.

I - x = C - D ,

Buat garis vertikal dari x ke I,

Garis I dan x dibagi tiga, sepertiga bagian dari x dinamakan titik i, i - i 2 = 1 s.d 2 cm.

D - L = ¼ lingkar badan ditambah 1 cm.

E - K = ¼ lingkar badan dikurangi 1 cm.

F - O = D - L yaitu ¼ lingkar badan ditambah 1 cm.

Hubungkan titik I dengan L melalui titik i2 seperti gambar (lingkarkerung lengan pola bagian muka).

O - O1 = 1 cm,

Hubungkan L dengan K dan dengan O1 seperti gambar (sisi badan).

Hubungkan a1 ke F dengan garis strip dan titik berselang seling (tanda tengah muka),

Hubungkan dari F terus ke O1 seperti gambar (bawah baju)

a1 - n = F - F1 yaitu 1,5 cm,

Hubungkan titik n dengan F1 dengan garis lurus.

Jarak rumah kancing lebih kurang 8 cm.

Keterangan pola kemeja bagian belakang Untuk menggambar pola kemeja bagian belakang yang dipedomani adalah pola kemeja bagian muka. Letakkan pola badan bagian muka diatas kain yang sudah dilipat untuk tengah belakang kemeja, dengan posisi tengah muka pola bagian muka dikurangi 1 cm, hal ini disebabkan karena pola kemeja bagian belakang lebih kecil dua centimeter dari pada pola bagian muka. Karena pola bagian muka dibuat setengah dari badan bagian muka, maka sepanjang garis tengah muka dikurangi satu centimeter, pada gambar dapat dilihat pengurangan pola bagian muka dengan keterangan sbb : Titik a1, D, E dan F adalah pindahan dari pola bagian muka. Dari titik a ke m diukur sama dengan titik F ke u yaitu 1 cm.

Sisi badan pola bagian belakang disamakan dengan pola bagian muka. Garis bahu pola bagian belakang dibuat berdasarkan pola bagian muka sbb:

I - H = 7 cm,

a1 - Q = 6 cm.

Sambungkan garis dari titik m keatas sampai sejajar dengan titik H, beri nama titik S.

S - H1 = ½ lebar punggung ditambah 1 cm.

Q1 - Q = 1/10 lebar punggung.

Hubungkan S ke Q dengan garis bantu.

S - Q dibagi dua diberi nama titik t.

t - t1 = 1,5 cm,

Hubungkan S dengan Q melalui titik t1, seperti gambar (lingkar lrher pola bagian belakang),

Q - H1 = garis bahu.

Hubungkan titik H1 dengan L seperti gambar (lingkar kerung lengan bagian belakang).

F - U = 1 cm, bentuk garis dari titik U ke garis sisi badan.

Hubungkan titik U dengan titik S dengan garis strip dan titik berselang seling ini adalah tanda garis tengah belakang pola badan.

Menggambar pola lengan di atas kain berlipat dua. Kain diukur menurut arah serat kain, sepanjang lebih kurang 50 cm dari tepi kain, lalu dilipat dua. Garis lipatan dijadikan garis tengah pola lengan.

Kemudian diikuti langkah kerja sbb :

Pada lipatan kain paling atas diambil satu titik dinamakan titik A.

A - B = panjang lengan.

A - C = B - D yaitu ukuran rendah punggung,

Buat garis empat persegi dengan menghubungkan titik A dengan B, A dengan C, B dengan D dan C dengan D.

C - F = ½ ukuran A - C,

Hubungkan A ke F dengan garis bantu.

A - L = ½ A - F.

L - L1 = 1,5 cm.

Hubungkan titik A dengan F, melalui L (kerung lengan bagian muka), Hubungkan A dengan F, melalui L1 (kerung lengan bagian belakang).

F - E = ½ F - D dikurangi 2 cm,

Buat garis horizontal kegaris A dan B, diberi nama titik K.

K - H = ½ ukuran lingkar lengan.

B - D1 = ½ ukuran lingkar ujung lengan dikurangi 2 cm.

Hubungkan F dengan D1, melalui titih H (sisi lengan muka dan belakang). B - B1 = 6 cm.

B1 - B2 = 9 cm (belahan ujung lengan kemeja).

Keterangan pola board dan kerah Pola board dan kerah dibuat menurut lebar kain, caranya diukur kain sepanjang lingkar leher yang ada pada pola bagian muka dan belakang ditambah dengan kampuh, kain dilipat dua dan digambar dengan urutan sbb :

A - B = 3 cm (lebar board pada lipatan kain).

A - C = ½ lingkar leher.

C - D = 1,5 cm

D - E = 2,5 cm.

Hubungkan B dengan D melewati titik E dan hubungkan A dengan C,

B dan D.

Pola kerah dibuat menyatu dengan boar.

B - F = 3,5 cm (lebar kerah).

E - G = B - F.

G - G1 = 1,5 cm,

G1 - G2 = 1,5 cm.

Hubungkan B dengan F, F dengan G2 dan E dengan G2.

Pola kerah

Keterangan pola saku kemeja

Saku kemeja digambar menurut arah panjang kain, dengan ukuran

sebagai berikut:

A - B = 11 cm,

A - C = 12 cm.

C - D = A - B ( lebar saku),

A - C = B - D (dalam saku).

Titik E = ½ C - D .

E - F = 1,5 cm.

Hubungkan A dengan B, A dengan C, B dengan D, C dengan F terus ke D.

Keterangan pola manset:

A-B = Lingkar Menset

A-C = 2 X Lebar Manset

C-D = A-B

A-C = B-D

A-E = ½ A-C

Keterangan pola klep manset:

A-B = 11 cm

A Lebarnya Lebih kurang 1,75 cm

B Lebarnya Lebih Kurang 2 cm

Pola celana pria

Pola bagian muka Pola bagian belakang

Keterangan menggambar celana pria

Pola bagian muka

Ambil titik A, buat garis mendatar dan garis tegak lurus.

A - C = panjang celana.

A - B = 1/3 lingkar pesak ditambah 5 cm

Buat garis datar kekiri dan kekanan.

B - D = B - E yaitu ¼ lingkar paha dikurangi 4 cm

(ukuran E ke D adalah ½ lingkar paha dikurang 4 cm).

D - F = F - G yaitu 3 cm,

Buat garis vertikal dinamakan titik H (buat garis antu).

H - I = 1 cm,

Hubungkan titik I - G dengan garis lurus terus ke D dengan garis melengkung.

I - N = ¼ lingkar pinggang ditambah 4 cm untuk kup.

I - Y = 1/10 lingkar pinggang.

Y - K = L - M yaitu 2 cm.

K - L = 3 cm.

N - O = 3 cm.

O - P = 13 cm,

Hubungkan O ke P dengan garis lurus (untuk saku samping).

A - Q = ukuran panjang lutut.

Q - R = Q - S yaitu 1/4 lingkar lutut dikurang 2 cm

(R ke S adalah ½ lingkar lutut).

C - C1 = C - C2 yaitu ¼ lingkar kaki dikurang 2 cm

(C1 ke C2 adalah ½ lingkar ujung kaki celana).

H - H1 = 4 cm.

I - I1 = 18 cm.

Hubungkan H1 dengan I1 seperti gambar.

Hubungkan N dengan C2 melewati titik E dan S seperti gambar, dan

hubungkan D dengan C1 melewati titik R.

Pola bagian belakang.

Pola celana bahagian belakang di buat berdasarkan pola bagian muka, caranya sebagai berikut : Pindahkan pola celana bahagian muka bersamaan dengan tanda-tanda pola. Garis sisi celana bahagian pinggang diberi nama titik A.

A - C = ¼ lingkar pinggang ditambah 2 cm untuk kup nat.

Hubungkan A dengan C, dengan membentuk sudut siku pada garis A ke C dan A ke E.

Titik B = ½ A - B.

B - B1 = 2 cm.

D - E = 5 cm,

Buat garis datar kekanan melewati pola bagian muka.

E - F ditambah E - H = ½ lingkar panggul.

I - Y = 8 cm,

Hubungkan titik C ke H dengan garis lurus, terus ke Y dengan garis melengkung.

K - M = L - N yaitu 4 cm.

Hubungkan titik Y ke M dengan garis melengkung, terus ke titik N dengan garis lurus seperti gambar.

3. Menggambar pola busana dengan teknik kontruksi di atas kain untuk anak-anak.

Desain busana anak-anak berikut ini adalah baju setali atau bebe, panjang baju setengah paha. Memiliki garis prinses dari pertengahan garis bahu melalui dada sampai panjang baju dengan

model simetris. Lengan kop pendek. Pakai kerah polo. Pada bagian

belakang pakai risleting panjang 30 cm. Bagian bawah baju agak

sedikit kembang.

Cara Mengambil Ukuran

a. Lingkar badan, diukur sekeliling badan melalui ketiak ditambah

empat centimeter.

b. Lingkar pinggang, diukur sekeliling pinggang ditambah dua

centimeter.

c. Panjang punggung, diukur dari ruas tulang leher belakang yang

paling menonjol, sampai kebatas pinggang

d. Lebar punggung, diukur melebar di punggung, dari batas lingkar

kerung lengan kiri sampai batas lingkar kerung lengan kanan.

e. Lebar muka, diukur melebar didada dari batas lingkar kerung kiri

sampai batas lingkar kerung lengan kanan.

f. Panjang bahu, diukur dari batas leher sampai ujung bahu.

g. Lingkar Kerung lengan, diukur sekeliling lubang lengan datambah

satu centimeter

h. Lingkar leher, diukur sekeliling leher

i. Panjang muka, diukur dari lekuk leher sampai batas pinggang.

j. Panjang lengan, diukur dari bahu terendah sampai panjang lengan

sesuai dengan model.

k. Panjang baju, diukur dari lekuk leher sampai panjang baju sesuai

dengann model.

303

Desain

Gambar 152. Desain busana anak

Ukuran :

Lingkar badan = 64 cm

Lingkar pinggang = 60 cm

Panjang punggung = 27 cm

Lebar punggung = 26 cm

Lebar muka = 25 cm

Panjang bahu = 8 cm

Lingkar Kerung lengan = 30 cm

Lingkar leher = 27 cm

Panjang muka = 23 cm

Panjang lengan = 13 cm

Panjang baju = 50 cm

Menggambar pola anak

Keterangan pola bagian muka Agar pola yang dibuat diatas bahan tidak bergeser, serta pola yang dibuat sesuai dengan desain model, perlu diperhatikan bentuk pola dan bahan dasar yang akan digunakan, untuk itu perhatikanlah cara membuat pola diatas bahan berikut ini :

Ambil bahan dasar untuk busana anak yang lebarnya 115 cm, lipat dua dengan arah panjang benang (lungsin). Buat pola bagian

muka dengan cara;

A - A1 = 6 cm;

A - A2 = 8 cm.

A2 - C1 = panjang punggung.

A2 - B = panjang baju bagian muka.

A - C = ½ panjang punggung ditambah 1 cm.

C - G = ¼ lingkar badan ditambah 1 cm.

C1 - C2 = ¼ lingkar pinggang ditambah 1 cm.

Titik A3 = ½ panjang bahu.

B - B2 = 1/10 lingkar pinggang,

Hubungkan dengan A3, untuk garis prinses.

A2 - A4 = 9 cm (panjang bahu)

A3 - A4 = 3 cm (keluwesan garis bahu).

Hubungkan A3 dengan G (lingkar kerung lengan muka).

Ukur dari titik A sebanyak 3 cm.

Berikutnya adalah mengembangkan dari D1 kesisi kanan sebanyak 3 cm dari garis sisi pola muka beri titik D ke D2, dari D2 naikan 1 cm, bentuk garis tersebut dengan luwes seperti gambar (garis bawah baju).

Keterangan pola bagian belakang

C - C1 = A - A1

C - C2 = 1,5 cm.

C1 - C3 = A1 - C1

D - D3 = B - B1 ditambah 3 cm.

D1 - H = ½ lingkar badan.

C3 - C4 = ¼ lingkar pinggang.

Hubungkan H ke D3 (sisi badan belakang).

Hubungkan C1 ke H (kerung lengan belakang).

Hubungkan D ke D3 seperti gambar ( garis bawah baju)

Pola Lengan

Ukuran

Lingkar kerung lengan : 38 cm

Tinggi puncak lengan : 10 cm

Lingkar ujung lengan : 18 cm

Keterangan Pola lengan

A - B = panjang lengan,

A - C = tinggi puncak lengan,

A - D = A - E adalah ½ lingkar kerung lengan.

Puncak lengan digunting, dikembangkan kekiri dan kanan masing-masing 3 cm. Bentuk ujung